ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN KLIEN
GLAUKOMA
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah
Kelompok 6
Disusun oleh :
1.
Winda Febrianti A01001353
2.
Restiana Seyorini A01001355
3.
Dian Muspitasari
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Alloh SWT, karena penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Makalah ini dimaksudkan untuk tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Medikal
Bedah.
Saya mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini,
diantaranya kepada:
1.
Bapak Sapto, S. Kep, Ns. selaku
pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
2.
Orang tua yang selalu memotivasi kami
dalam belajar.
3.
Teman-teman yang selalu memberi kritik
dan saran.
Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami minta kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi kemaslahatan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan dengan klien Glaukoma.
Gombong, Desember 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Glaukoma merupakan neuropati optik
degeneratif kronis yang dapat dibedakan dari bentuk neuropati optik didapat
lainnya dari gambaran nervus optikus. Pada glaukoma, neuroretinal rim
dari nervus optikus menipis secara progresif, mengakibatkan pembesaran cup
nervus optikus. Fenomena ini disebut sebagai optic-nerve cupping.
Penyebabnya adalah hilangnya sel axon ganglion retina, bersama sama dengan glia
pendukung dan vaskularisasinya. Neuroretinal rim yang tersisa mempertahankan
warna merah muda yang normal. Pada neuropati optik lainnya, jaringan nervus
optikus kehilangan warna normalnya dan tidak terbentuk cupping. Terkecuali pada
kondisi yang jarang yaitu arteritic anterior ischemic optic neuropathy,
dimana cupping dapat muncul. Pasien dengan glaukoma seringkali kehilangan
penglihatan perifer dan jika tidak ditangani akan kehilangan seluruh
penglihatannya. Meskipun glaukoma seringkali mucul tanpa peningkatan tekanan
intra okular (TIO), penyakit ini bagaimanapun juga diklasifikasikan berdasarkan
variasi segmen anterior yang dapat meningkatkan TIO. Segmen anterior dari mata
mempunyai sistem sirkulasinya sendiri yang memberikan nutrisi pada lensa dan
kornea. Aqueous humor, yang dihasilkan oleh korpus siliaris, bersirkulasi
melalui ruangan anterior dan mengalir ke trabecular meshwork pada sudut iridocorneal,
dimana sudut terbentuk oleh iris dan kornea. Peningkatan TIO bukan diakibatkan
meningkatnya produksi humor aqueous namun dikarenakan menurunnya penyerapan
humor aqueous. Glaukoma diklasifikasikan berdasarkan gambaran dari sudut
iridocorneal, yaitu sudut terbuka, sudut tertutup, dan kategori pengembangan
yang lebih jauh dikategorikan menjadi tipe primer dan sekunder. Primary
open-angle glaucoma (POAG) dapat muncul dengan atau tanpa peningkatan TIO (normal-tension
glaucoma). POAG termasuk adult-onset disease (muncul setelah 40
tahun) dan juvenile-onset disease (muncul usia 3 sampai 40 tahun). Primary
open-angle glaucoma (POAG) merupakan bentuk utama dari glaukoma pada
negara-negara Barat.
B. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan setulus hati dan bertujuan
untuk :
1. Memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal yang diampu oleh Bapak Sapto
2. Sebagai
syarat mengikuti perkuliahan Keperawatan Medikal Bedah
3. Agar
mahasiswa memiliki modal awal untuk mengikuti perkuliahan.
4. Agar
mahasiswa dapat berperan aktif dalam proses perkuliahan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
·
Glaukoma adalah suatu penyakit yang
memberikan gambaran klinik berupa peningkatan tekanan bola mata, penggaungan
papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata. (Sidarta Ilyas,2000).
·
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler. ( Long Barbara, 1996).
·
Penyakit mata yang dikarakteristikan
dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO). Peningkatan tekanan menyebabkan
kerusakan iskemik pada diskus optic dan sel-sel saraf dari retina, dengan
kehilangan progresif dari penglihatan perifer. (Martinelli, 1991).
·
Suatu keadaan tekanan intra oculer /
tekanan dalam bola mata cukup besar untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf
optik dan kelainan lapang pandang. (Arif, 1999).
B.
ETIOLOGI
1. Glaukoma
akut
Dapat terjadi primer
yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan
yang sempit pada kedua mata atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata
lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia
40 tahun atau lebih.
2. Glaukoma
kronik
Disebabkan karena
keturunan, diabetes mellitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka
panjang.
C.
KLASIFIKASI
1.
Glaukoma primer
·
Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua
mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul.
·
Glaukoma sudut tertutup (sudut
sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan
dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior
atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan
yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat,
penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi
pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat
terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dapat mirip
dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab:
·
Perubahan lensa
·
Kelainan uvea
·
Trauma
·
Bedah
3. Glaukoma congenital
· Primer atau infantile
· Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir
glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa,
mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan
pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa
sakit.
D. TANDA
DAN GEJALA
1. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan
daerah belakang kepala
2. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal
berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut
3. Tajam penglihatan sangat menurun
4. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat
5. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar
6. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh
7. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif,
akibat timbulnya reaksi radang uvea
8. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat
9. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan
media penglihata
10. Tekanan bola mata sangat tinggi
11. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal
E.
PATOFISIOLOGI
Meningkatnya tekanan
intra okuler disebabkan oleh retensi cairan aquos. Proses dari produksi dan
distribusi cairan tersebut terjadi terus menerus dan berfungsi untuk memelihara
tekanan intra okuler tetap dan keadaan normal. Pada suatu kerusakan
dimana proses pengeluaran cairan timbul secara berlebihan dapat meningkatkan
TIO. Pada umumnya peningkatan tekanan intra okuler disebabkan oleh ischemia di
daerah syaraf mata dan terjadi mikrosirkulasi pada salurannya. Ciri yang khas
adalah terjadinya cupping pada dikus optiakus dan dapat menimbulkan kerusakan
penglihatan antara lain penurunan lapang pandang (DepKes RI Bandung,
1993).
F.
PATHWAY
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka
panjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksi
jaringan peningkatan
tekanan
Trabekuler Vitreus
Hambatan pengaliran
pergerakan iris kedepan
Cairan humor aqueous
|
|||
TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat
Gangguan saraf
optik tindakan
operasi
|
|||||||
Perubahan penglihatan
G. Perifer
Kebutaan
H.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai
dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada
funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding
cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan
lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga
Ronne, atau skotoma busur.
I.
PENATALAKSANAAN
Untuk glaukoma akut
1. Diberikan
asetazolamid 500 mg dilanjutkan 4x250 mg, solusio gliserin 50% 4x 100-150 ml
dalam air jeruk, penghambat beta adrenergic 0,25-0,5% 2x1 dan KCI 3x0,5 g.
2. Diberikan
pula tetes mata kortikosteroid dan antibiotic untuk mengurangi reaksi
inflamasi.
3. Untuk
bentuk yang primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2% tiap ½-1 jam pada mata
yang mendapat serangan dan 3x1 tetes pada mata sebelahnya. Bila perlu diberikan
analgetik dan antiemetik.
4. Operasi
(iridektomi atau filtrasi) ditentukan berdasarka hasil pemeriksaan gonioskopi
setelah pengobatan medikamentosa.
Untuk glaukoma kronik
1. Diberikan
beta bloker seperti epinefrin, pilokarpin dan asetazolamid
2. Diberikan
tetes timolol 0,25-0,5% tetes tiap 12 jam kecuali bagi pasien dengan gagal
jantung atau penyakit saluran pernapasan
3. Operasi
atau laser sesuai penyebab misalnya iridotomi, trabekuloplasti dengan
fotokoagulasi laser, iridektomi, filtrasi dan lain-lain.
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai
tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin
memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi
ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.
J.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a)
Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
b)
Makanan / Cairan :
Mual, muntah (glaukoma akut)
c)
Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda :
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda :
·
Papil menyempit dan
merah/mata keras dengan kornea berawan.
·
Peningkatan air mata.
d)
Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e)
Penyuluhan /
Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan
sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2). Pemeriksaan Diagnostik
1.
Kartu mata
Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) :
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor,
kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.
2.
Lapang penglihatan :
Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau
patologis arteri serebral atau glaukoma.
3.
Pengukuran tonografi :
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
4.
Pengukuran gonioskopi
:Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
5.
Tes Provokatif
:digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat
ringan.
6.
Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji
struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan
retina, dan mikroaneurisma.
7.
Darah lengkap, LED
:Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
8.
EKG, kolesterol serum,
dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
9.
Tes Toleransi Glukosa
:menentukan adanya DM.
3). Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
1.
Nyeri berhubungan
dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan
muntah.
2.
Gangguan persepsi
sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan;gangguan status
organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
3.
Ansietas b. d faktor
fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah
tentang perubahan kejadian hidup.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,
dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah
persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat
dicegah.
3)
Intervensi
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan : Nyeri
hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien mendemonstrasikan
pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyer
- Pasien mengatakan
nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah
rileks
Intervensi
:
- Kaji tipe intensitas dan lokasi nyer
-
Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
- Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
- Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
- Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
- Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
- Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
- Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
- Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
- Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
- Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
- Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
- Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
- Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
- Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
- Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
- Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
- Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
- Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
- Identifikasi sumber/orang yang menolong.
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
- Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
- Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
- Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
- Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
- Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
- Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
- Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
- Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
- Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
- Identifikasi sumber/orang yang menolong.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal
sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan,
pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi
yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
- pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
- Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
- Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
- Izinkan pasien mengulang tindakan.
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
- Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
jantung tak teratur dll.
- Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
- Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
- Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
-Tekankan pemeriksaan rutin.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
- pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
- Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
- Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
- Izinkan pasien mengulang tindakan.
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
- Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
jantung tak teratur dll.
- Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
- Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
- Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
-Tekankan pemeriksaan rutin.
- Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda
glaukoma.
DAFTAR
PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3.
Jakarta : EGC
http://www. asuhan_keperawatan_glaukoma.html
Arif, Manjoer,dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.
Jakarta : EGC
Engram, Barbara.1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Volume 2. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar