Bagaimana dengan blog ini??

Selasa, 12 Juni 2012

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN GLAUKOMA


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN
 GLAUKOMA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah


Kelompok 6
Disusun oleh :
1.         Winda Febrianti                     A01001353
2.         Restiana Seyorini                   A01001355
3.         Dian Muspitasari


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT, karena penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah ini dimaksudkan untuk tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Medikal Bedah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, diantaranya kepada:
1.        Bapak Sapto, S. Kep, Ns. selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
2.        Orang tua yang selalu memotivasi kami dalam belajar.
3.        Teman-teman yang selalu memberi kritik dan saran.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami minta kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kemaslahatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca mengenai Asuhan Keperawatan dengan klien Glaukoma.


                                                                        Gombong,    Desember  2011
                                                                                    Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Glaukoma merupakan neuropati optik degeneratif kronis yang dapat dibedakan dari bentuk neuropati optik didapat lainnya dari gambaran nervus optikus. Pada glaukoma, neuroretinal rim dari nervus optikus menipis secara progresif, mengakibatkan pembesaran cup nervus optikus. Fenomena ini disebut sebagai optic-nerve cupping. Penyebabnya adalah hilangnya sel axon ganglion retina, bersama sama dengan glia pendukung dan vaskularisasinya. Neuroretinal rim yang tersisa mempertahankan warna merah muda yang normal. Pada neuropati optik lainnya, jaringan nervus optikus kehilangan warna normalnya dan tidak terbentuk cupping. Terkecuali pada kondisi yang jarang yaitu arteritic anterior ischemic optic neuropathy, dimana cupping dapat muncul. Pasien dengan glaukoma seringkali kehilangan penglihatan perifer dan jika tidak ditangani akan kehilangan seluruh penglihatannya. Meskipun glaukoma seringkali mucul tanpa peningkatan tekanan intra okular (TIO), penyakit ini bagaimanapun juga diklasifikasikan berdasarkan variasi segmen anterior yang dapat meningkatkan TIO. Segmen anterior dari mata mempunyai sistem sirkulasinya sendiri yang memberikan nutrisi pada lensa dan kornea. Aqueous humor, yang dihasilkan oleh korpus siliaris, bersirkulasi melalui ruangan anterior dan mengalir ke trabecular meshwork pada sudut iridocorneal, dimana sudut terbentuk oleh iris dan kornea. Peningkatan TIO bukan diakibatkan meningkatnya produksi humor aqueous namun dikarenakan menurunnya penyerapan humor aqueous. Glaukoma diklasifikasikan berdasarkan gambaran dari sudut iridocorneal, yaitu sudut terbuka, sudut tertutup, dan kategori pengembangan yang lebih jauh dikategorikan menjadi tipe primer dan sekunder. Primary open-angle glaucoma (POAG) dapat muncul dengan atau tanpa peningkatan TIO (normal-tension glaucoma). POAG termasuk adult-onset disease (muncul setelah 40 tahun) dan juvenile-onset disease (muncul usia 3 sampai 40 tahun). Primary open-angle glaucoma (POAG) merupakan bentuk utama dari glaukoma pada negara-negara Barat.
B.     TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan setulus hati dan bertujuan untuk :
1.    Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal yang diampu oleh Bapak Sapto
2.    Sebagai syarat mengikuti perkuliahan Keperawatan Medikal Bedah
3.    Agar mahasiswa memiliki modal awal untuk mengikuti perkuliahan.
4.    Agar mahasiswa dapat berperan aktif dalam proses perkuliahan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI
·         Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peningkatan tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata. (Sidarta Ilyas,2000).
·         Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler. ( Long Barbara, 1996).
·         Penyakit mata yang dikarakteristikan dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO). Peningkatan tekanan menyebabkan kerusakan iskemik pada diskus optic dan sel-sel saraf dari retina, dengan kehilangan  progresif  dari penglihatan  perifer. (Martinelli, 1991).
·         Suatu keadaan tekanan intra oculer / tekanan dalam bola mata cukup besar untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf optik dan kelainan lapang pandang. (Arif, 1999).

B.     ETIOLOGI
1.      Glaukoma akut
Dapat terjadi primer yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
2.      Glaukoma kronik
Disebabkan karena keturunan, diabetes mellitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang.

C.    KLASIFIKASI
1.      Glaukoma primer
·         Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
·         Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2.       Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab:
·         Perubahan lensa
·         Kelainan uvea
·         Trauma
·         Bedah
3.      Glaukoma congenital
·      Primer atau infantile
·      Menyertai kelainan kongenital lainnya
4.      Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

D.     TANDA DAN GEJALA
1.      Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala
2.      Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut
3.      Tajam penglihatan sangat menurun
4.      Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat
5.      Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar
6.      Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh
7.      Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea
8.      Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat
9.      Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihata
10.  Tekanan bola mata sangat tinggi
11.  Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal

E.     PATOFISIOLOGI
Meningkatnya tekanan intra okuler disebabkan oleh retensi cairan aquos. Proses dari produksi dan distribusi cairan tersebut terjadi terus menerus dan berfungsi untuk memelihara tekanan intra okuler tetap dan keadaan normal.  Pada suatu kerusakan dimana proses pengeluaran cairan timbul secara berlebihan dapat meningkatkan TIO. Pada umumnya peningkatan tekanan intra okuler disebabkan oleh ischemia di daerah syaraf mata dan terjadi mikrosirkulasi pada salurannya. Ciri yang khas adalah terjadinya cupping pada dikus optiakus dan dapat menimbulkan kerusakan penglihatan antara lain penurunan lapang pandang  (DepKes RI Bandung, 1993).



F.     PATHWAY
Usia >  40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata








 



Obstruksi jaringan                               peningkatan tekanan
                        Trabekuler                                                 Vitreus







 



Hambatan pengaliran                         pergerakan iris kedepan
 Cairan humor aqueous








Nyeri
 

 




TIO meningkat           Glaukoma                TIO Meningkat


 



Gangguan saraf optik                               tindakan operasi
















Gangguan persepsi sensori penglihatan
 

 




Perubahan penglihatan
G.    Perifer


 


                                                     
                                                      Kebutaan




H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.

I.       PENATALAKSANAAN
Untuk glaukoma akut
1.      Diberikan asetazolamid 500 mg dilanjutkan 4x250 mg, solusio gliserin 50% 4x 100-150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergic 0,25-0,5% 2x1 dan KCI 3x0,5 g.
2.      Diberikan pula tetes mata kortikosteroid dan antibiotic untuk mengurangi reaksi inflamasi.
3.      Untuk bentuk yang primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2% tiap ½-1 jam pada mata yang mendapat serangan dan 3x1 tetes pada mata sebelahnya. Bila perlu diberikan analgetik dan antiemetik.
4.      Operasi (iridektomi atau filtrasi) ditentukan berdasarka hasil pemeriksaan gonioskopi setelah pengobatan medikamentosa.
Untuk glaukoma kronik
1.      Diberikan beta bloker seperti epinefrin, pilokarpin dan asetazolamid
2.      Diberikan tetes timolol 0,25-0,5% tetes tiap 12 jam kecuali bagi pasien dengan gagal jantung atau penyakit saluran pernapasan
3.      Operasi atau laser sesuai penyebab misalnya iridotomi, trabekuloplasti dengan fotokoagulasi laser, iridektomi, filtrasi dan lain-lain.
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

J.      ASUHAN KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a)      Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b)      Makanan / Cairan :
Mual, muntah (glaukoma akut)
c)      Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda :
·         Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
·         Peningkatan air mata.
d)     Nyeri / Kenyamanan :
     Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e)      Penyuluhan / Pembelajaran
     Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2). Pemeriksaan Diagnostik
1.      Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan                     sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2.      Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3.      Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
4.      Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
5.      Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
6.      Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
7.      Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
8.      EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
9.      Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
3). Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
1.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
2.      Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
3.      Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
4.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
3)   Intervensi
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyer
- Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah rileks
Intervensi :
-    Kaji tipe intensitas dan lokasi nyer
- Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
-    Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
- Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
- Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
- Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
- Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
- Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
- Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
- Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
- Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
- Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
- Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
- Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
- Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
- Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
- Identifikasi sumber/orang yang menolong.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
- pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
- Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
- Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
- Izinkan pasien mengulang tindakan.
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
- Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
jantung tak teratur dll.
- Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
- Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
- Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
-Tekankan pemeriksaan rutin.
- Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.


DAFTAR PUSTAKA
 
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta : EGC
http://www. asuhan_keperawatan_glaukoma.html
Arif, Manjoer,dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius. Jakarta : EGC
Engram, Barbara.1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta : EGC







Tidak ada komentar:

Posting Komentar